Langsung ke konten utama

LAPORAN KUNJUNGAN TPST MEDOKAN AYU

Laporan Kunjungan
Teknologi Pengelolaan Sampah

“Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Medokan Ayu ”

 







Oleh :
M. Dovan Yazend. R             (1552010080)
Tiara Nur Maymuna             (1652010019)
Anis Zusrin Qonita               (1652010027)
Ahmad Yoga Prasetya           (1652010036)
Agfian Ijlal Ramadhan          (1652010061)


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2017

DAFTAR ISI

Cover
......... 1.1 Latar Belakang. 3
......... 1.2 Tujuan. 4
......... 2.1 Pengertian Sampah. 5
......... 2.3 Pengolahan Sampah. 8
......... 2.4 Metode Pengomposan. 9
......... 2.6 Manfaat Kompos. 13
......... 5.1 Kesimpulan. 20
......... 5.2Saran. 20






BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung (wikipedia).  
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991).
Kita tahu masalah sampah di Indonesia saat ini sudah mencapai tingkat permasalahan yang cukup serius,dan sungguh sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan. Bagi sebagian besar orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada banyak hal lain yang lebih menarik dan lebih penting.
Sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan sejak dulu kala, masalah sampah dianggap bukanlah sebagai masalah. Bagi mereka, jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah selesai. Tapi, benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang secara sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir pun bisa menjadi masalah.
Pengolahan sampah itu sendiri ada berbagai macam cara. Pengomposan, pendaurulangan, pemanfaatan energi altenatif adalah terobosan baru untuk menanggulangi penggunungan sampah yang terjadi.

1.2  Tujuan

Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tahap pengolahan pupuk kompos TPST Fakultas Pertanian UPN “VETERAN” Jawa Timur.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Untuk mempertegas pengertian sampah adalah sesuatu benda padat yang sudah tidak di pakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah di gunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat amerika membuat batasan sampah (waste) adalah suatu yang tidak dipakai tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah  hasil kegiatan manusia yang sudah di buang karna sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak di gunakan dan di buang disebut sampah, misalnya : benda-benda alam benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin rebut dan sebagainya. (Notoatmojo, 2007 : 187-188,). Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.    Adanya suatu benda atau benda padat
2.    Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan manusia
3.    Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

2.2  Klasifikasi Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi yang dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat didasarkan atas sumber sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. Penggolongan ini sangat penting dalam penentuan penanganan dan pemanfaatan sampah.
2.2.1        Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya, yaitu:
a.       Sampah Domestik/Pemukiman Penduduk
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan, bahan-bahan sisa dari pengolahan makanan atau samapah basah (garbage), dan sampah kering (rubbish).
b.      Sampah Komersil
Sampah yang berasal dari toko, restoran, hotel, dan perkantoran. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca, logam, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
c.       Sampah Institusi
Sampah institusi antara lain sekolah, rumah sakit, penjara, dan pusat pemerintahan. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca, logam, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
d.      Sampah Konstruksi dan Pemugaran
Sampah yang berasal dari kegiatan konstruksi, remodeling, perbaikan perumahan, dan perbaikan bangunan komersil. Sampah yang dihasilkan berupa batu bara, beton, plester, dan lain-lain. Sampah pemugaran adalah sampah yang berasal dari reruntuhan bangunan, jalan retak, trotoar, dan jembatan. Jenis sampah yang dihasilkan adalah kaca, plastik, baja, dan juga sama dengan sampah konstruksi.
e.       Sampah Pelayanan Kota
Sampah pelayanan  kota terdiri atau sampah penyapuan jalan, sampah taman, pantai, dan sampah sarana rekreasi. Lumpur instalasi pengolahan dan sisa-sisa lain yang termasuk ke dalam jenis ini berasal dari pengolahan air minum, pengolahan air buangan, dan pengolahan limbah industri.
f.       Sampah Industri
Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.
g.      Sampah Pertanian
Sampah jenis ini berasal dari aktifitas pertanian seperti kegiatan penanaman, panen, peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya sampah jenis ini bukan merupakan tanggung jawab dari pihak persampahan kota.

2.2.2  Klasifikasi sampah berdasarkan kandungan organik dan anorganik, yaitu:
a.    Sampah Basah (Garbage)
Sampah basah adalah sampah yang mengandung unsur-unsur organik, sifatnya mudah terurai dn membusuk, dan akan menghasilkan air lindi. Sampah golongan ini merupakan sisa-sisa makanan dari rumah tangga, hasil sampingan kegiatan pasar.
b.    Sampah kering
Sampah kering adalah sampah yang mengandung unsur-unsur anorganik, tidak membusuk, tidak mudah terurai, dan tidak mengandung air. Sampah kering terdiri atas:
a.    Sampah yang mudah terbakar (combustible) seperti kayu, kertas, kain, dan lain-lain.
b.    Sampah tidak mudah terbakar (non combustible) seperti logam, kaca, keramik, dan lain-lain.
c.    Abu (Dust/Ash)
Abu adalah sampah yang mengandung unsur organik dan anorganik yang berasal dari proses atau kegiatan pembakaran.
2.2.3    Klasifikasi sampah bersasarkan komposisinya
a.        Sampah yang berseragam            
Sampah yang berasal dari kegiatan industri pada umumnya termasuk pada sampah seragam serta sampah perkantoran yang terdiri atas kertas, karton, dan kertas karbon.
b.      Sampah yang tidak seragam (campuran)
Sampah campuran berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

2.3  Pengolahan Sampah

a.      Prinsip 4-R
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam Universitas Sumatera Utara rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.
a.       Reduce
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan (Suyoto, 2008)
b.      Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. (Suyoto, 2008)
c.       Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain (Suyoto, 2008)
d.       Replace
Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.
b.      Pengomposan
Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso, 1998).

2.4  Metode Pengomposan

Proses pengomposan baik secara aerob dan anaerob dapat diterapkan dalam pengolahan sampah kota. Umumnya proses anaerob lebih komplek dibandingkan proses aerob. Proses anaerob memungkinkan produksi energi dalam bentuk gas metan yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sebaliknya proses aerob memerlukan energi karena suplay oksigen harus diberikan agar proses penguraian sampah berlangsung optimum. Namun demikian, proses aerob memiliki kelebihan yakni mudah pengoperasiannya dan bila dilakukan dengan benar dapat mereduksi volume sampah kota khususnya materi organiknya. Tabel 2.1 memperlihatkan masing-masing proses pengomposan aerob dan anaerob.



Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pengomposan Aerob dan Anaerob
Karakteristik
Aerob
Anaerob
Pemakaian energi
Pemakai energi
Penghasil energi
Produk akhir
Humus,CO2,H2O
Lumpur,CO2,CH4
Reduksi volume sampah
Mencapai 50 %
Mencapai 50 %
Waktu pengomposan
20-30 hari
20-40 hari
Tujuan Primer
Reduksi volume
Produk energi
Tujuan Sekunder
Produk kompos
Reduksivolume,stabilisasisampah.
 Sumber : Winarko & Darjati,2003
Pengomposan aerob merupakan proses penguraian secara biologis yang paling banyak diterapkan dalam merubah materi organik sampah kota menjadi materi yang stabil menyerupai humus atau lebih dikenal kompos. Bahan kompos yang paling banyak diterapkan adalah :
  1. Sampah kebun atau halaman.
  2. Sampah kota telah dipisahkan materi organiknya.
  3. Komposting bersama lumpur air buangan.

2.5  Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
1.  Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran Partikel
Aktifitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
5. Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada ketersediaan oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40-60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktifitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktifitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktifitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30-60oC menunjukkan aktifitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba termofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. H yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH, sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
8.  Kandungan hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
9.  Kandungan bahan berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, dan Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
10. Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang digunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami, pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

2.6  Manfaat Kompos

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktifitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktifitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yakni sebagai berikut (Isroi, 2008) :
1.      Aspek Ekonomi
a.              Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
b.              Mengurangi volume/ukuran limbah
c.              Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2.      Aspek Lingkungan
a.              Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
b.              Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3.      Aspek bagi tanah/tanaman
c.              Meningkatkan kesuburan tanah
d.             Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
e.              Meningkatkan kapasitas serap air tanah
f.               Meningkatkan aktifitas mikroba tanah
g.              Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
h.              Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
i.        Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
j.        Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos. Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.
Kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara masing-masing.
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4–6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450-650C. Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.



BAB III

ANALISIS DATA


3.1    Lokasi TPST (Pengolahan Kompos)

Jalan Medokan Asri Tengah  VI Rungkut Surabaya Jawa Timur.

3.2    Hasil pengamatan dan wawancara

Nama                             : Bapak Jakfran
Hasil wawancara           :

1.      Apa saja bahan untuk pembuatan kompos di TPST ini ?
Jawab:
Bahannya dari perantingan taman jalan, pohon tumbang dan air.

2.      Apa saja peralatan yang digunakan dalam pembuatan kompos ?
            Jawab:
Mesin pencacah dan sekop untuk membalik tumpukan sampah

3.      Bagaimana proses pembuatan kompos ?
Jawab:
Sampah tersebut dipilah setelah di pilah dicacah lalu ditumpuk, setiap tiga hari sekali di siram dan dibalik.

4.      Berapa lama proses pembuatan kompos?
Jawab :
Tujuh kali balikan ( 21 hari).

5.      Berapa pupuk kompos yang dihasilkan setiap satu kali produksi ?
Jawab :
            Sebanyak ±33 m3.

6.      Bagaimana sistem trasportasi pupuk kompos yang sudah matang ?
Jawab :
Diangkut menggunakan dump truck atau pick up.

7.      Digunakan untuk apakah hasil pupuk kompos dari TPST Medokan Ayu ?
Jawab :
            Untuk keperluan tanaman perkotaan dan tidak diperjual belikan.

8.      Bagaimana prosedur pemohonan pupuk kompos di TPST Medokan Ayu?
Jawab :
            Surat pemohonan pupuk kompos untuk jumlah yang kecil sampai sedang, sedangkan membuat proposal untuk jumlah yang cukup banyak.





BAB IV

PEMBAHASAN


4.1     Proses Pengolahan Pupuk Kompos TPST Medokan Ayu

1.      Pemilahan Sampah
Tahap pertama yaitu pemilahan sampah. Sampah yang dapat diolah menjadi kompos adalah sampah organik khususnya sampah dedaunan, ranting pohon. Semakin basah atau lembab sampah tersebut waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan kompos semakin sedikit
2.      Pencacahan
Selanjutnya sampah yang sudah dipilah, dicacah terlebih dahulu dengan menggunakan mesin pencacah.
3.      Penumpukan
Sampah yang sudah dicacah dikumpulkan menjadi satu dan ditumpuk karena proses pembuatan yang ada TPST Medokan Ayu adalah proses terbuka mengingat jumlah sampah yang diolah besar. Jika sampah yang akan diolah tersebut dalam keadaan kering maka harus dibasahi terlebih dahulu.
4.      Pengadukan atau Membalikkan
Pengadukan dan proses pengomposan TPST Medokan Ayu dilakukan pada wadah terbuka. Pengadukan dilakukan secara rutin 3 hari sekali dengan pembasahan sampah yang diolah. Pembasahan tersebut dilakukan dengan air selokan karena tidak adanya air bersih yang cukup tersedia pada TPST Medokan Ayu. Akan tetapi, air selokan tersebut tidak berpengaruh pada proses pembuatan pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk kompos berlangusng selama 21 hari lamanya normal seperti pembuatan pupuk kompos pada umumnya. 




4.2     Hasil TPST Medokan Ayu  

Hasi TPST Medokan Ayu adalah pupuk kompos sebanyak ±33m3./ produksi  yang digunakan untuk keperluan taman perkotaan Surabaya dan tidak dipejualbelikan. Jika Suatu instansi ingin memperoleh pupuk kompos yang diolah pada TPST Medokan Ayu harus menggunakan surat permohonan pupuk kompos dalam skala kecil dan proposal untuk skala besar.



BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan

1.      Tempat Pengolahan Smapah Terpadu Medokan Ayu fokus pada pengolahan kompos dengan bahan perantingan jalan, dan daun.
2.      Tahap pengolahan kompos terdiri atas pemilahan sampah, pencacahan, penumpukan dan pengadukan atau Membalikkan
3.      Hasil dari pengolahan kompos tersebut berwujud pupuk biasa
4.      Volume yang dihasilkan oleh pengolahan tersebut sebanyak ±33m3./ produksi
5.      Hasil olahan tersebut hanya digunakan untuk keperluan tanaman perkotaan Surabaya dan intansi dengan prosedur yang berlaku.  

5.2    Saran

Perlu adanya air bersih dan  tempat yang luas pada TPST Medokan ayu untuk proses pengolahan pupuk kompos agar mendapatkan hasil yang lebih berkualitas.






DAFTAR PUSTAKA


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Suyoto, Bagong. 2008. Fenomena Gerakan Mengelola Sampah. Jakarta. PT Prima Infosarana Media
Santoso, H. B., 1998. Pupuk Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104. Bandung
Soma,Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan. Bogor: IPB Press



DOKUMENTASI

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Hari Peduli Sampah Nasional

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan proposal Hari Peduli Sampah Nasional 2016. Dalam proposal ini berisikan pengajuan mengadakan kegiatan dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional sesuai dari program kerja GALERI (Gerakan Lingkungan Lestari ). Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada seluruh Pengurus GALERI dan HIMA-TL yang telah berperan dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Surabaya, Februari 2017 DAFTAR ISI Cover KATA PENGANTAR . 1 DAFTAR ISI 2 LATAR BELAKANG .. 3 LANDASAN PEMIKIRAN .. 4 TUJUAN KEGIATAN .. 4 SASARAN KEGIATAN .. 4 PELAKSANAAN KEGIATAN .. 5 GAMBARA

MAKALAH KETAHANAN NASIONAL

MAKALAH KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL   Oleh : Nadia Agustina                          1652010026 Anis Zusrin                                1652010027 Mubayyyinatuth Thohiroh         1652010030 Renita Meidyna                         1652010037 Nadhira Alisa                             1652010040 Dian Amalia                               1652010049 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN 2017 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ketahanan Nasional. Makalah Ketahanan Nasional telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampa